What A Surprising Way To Meet Up..

Judith alias Jita alias Ade... Satu dari beberapa orang yang dipakai Tuhan untuk memberkati saya ketika saya berada di Maastricht - Belanda, dan yang dipertemukan dengan luar biasa. Saya mengenal Ade sejak di Ambon dan ketepatan kami memiliki hubungan keluarga dari pernikahan kakak saya dengan ipar dari sepupu Ade (bingung?).

Saya mendapat informasi dari rekan yang pernah menuntut ilmu di Maastricht kalau ada orang Ambon yang menikah dengan orang Belanda dan tinggal dekat Maastricht. Ketika rekan saya itu menyampaikan namanya dan saya telusuri di Facebook, itu adalah Ade. Spontan saya mengatakan kepada rekan saya untuk jangan memberitahukan Ade kalau saya akan ke Maastricht. Pikir saya, kalau Ade tahu, kemungkinan besar keluarga yang lain juga akan tahu. Padahal pinginnya saya pergi ke Maastricht tanpa banyak orang yang tahu. Alasannya? Agak-agak complicated gitu deehh...

Saya tiba hari Minggu, 27 September 2015 di Maastricht. Pada hari Kamis, 1 Oktober 2015 ketika saya selesai kelas tutorial di UNU-Merit (United Nations University - Maastricht Economic and social Research institute on Innovation and Technology) yang ketepatan berada di satu jalan dengan Markt. Oh ya Markt ini semacam satu lapangan besar di depan satu bangunan (Pemerintahan) yang menjadi lokasi pasar mingguan (beberapa hari dalam seminggu ding).

Markt

Ketika saya sedang melakukan selfie, ada seorang Oma bule yang mendekati saya sambil ketawa-ketawa. Beliau mengatakan bahwa selama ini hanya melihat tongsis lewat TV, dan ketika melihat langsung, merasa lucu juga. Tak lama setelah Oma itu pergi, berjalan mendekat ke arah saya seseorang wanita muda. Dari jauh, wanita muda ini sudah senyum-senyum. Saya pikir, mungkin dia juga baru pernah melihat tongsis. Hehehe... Ketika sudah dekat dengan posisi saya berdiri, wanita muda ini berkata, "Usi, mari beta foto..." Whaaaaatt???

For your information, di tanah orang, ketika mendengar orang berbicara bahasa Indonesia saja, rasanya udah sueneeng banget. Apalagi ngomong Ambon? Saat itu saya rasanya ingin menangis saking kagetnya dan senengnya... Ternyataaa, itu Ade! Saya baru mengenali setelah jarak kami semakin dekat.

Langsung saya diajak berkeliling seputar Markt, berfoto di Maas River, makan siang, dan bahkan diajak ke rumah Ade di Lanaken, Belgia yang hanya sekitar 15 menit dari Maastricht. Saat kami makan siang bersama itulah saya bercerita bahwa saya tahu Ade tinggal di dekat Maastricht, akan tetapi karena tidak ingin banyak orang di Ambon tahu tentang kepergian saya ke Belanda, saya sengaja tidak memberitahu. Kata Ade, "Usi mau sambunyi, tapi Tuhan atur lain." Belakangan, semakin mengerti, ternyata memang Tuhan sengaja mempertemukan saya dengan Ade, bahkan dengan cara bertemu yang tidak disangka-sangka, karena melalui Ade inilah saya banyak diberkati.

Pada hari Sabtu, 3 Oktober 2015 saya diajak Ade dan Nyong (suami Ade yang berkebangsaan Belanda), jalan-jalan ke Drielandenpunt, titik pertemuan 3 negara (Belanda, Belgia, Jerman). Saya diberikan banyak hal dan bahkan SEPEDA. Dipinjami sepeda di Belanda itu rasanya setara dipinjami sepeda motor di Indonesia. Saya jadi ingat kala menempuh pendidikan di Surabaya. Saya juga pernah dipinjami motor selama 1 semester penuh. Tuhan itu memang luar biasa!

Drielandenpunt

Pada satu titik waktu, tangan kiri di Belgia, kaki kiri di Belanda, dan kaki kanan di Jerman

Dengan Ade dan Nyong inilah saya banyak menjelajahi Maastricht dan juga Lanaken di Belgia. Beberapa kali merasakan sok jadi orang yang high-mobile, dimana makan siang di Belanda dan makan malamnya di Belgia. Padahal sih deket. Tapi kan udah beda negara. Hahahaha... Merasakan makan wafel di Belgia, makan es krim yang dinobatkan terlezat di wilayah Limburg, jalan-jalan di Valkenburg, jalan-jalan ke Sint-Pietersberg, dan ada banyak hal lainnya, sampai kepada saya diantar ke Schipol saat akan kembali ke Indonesia.

Kompleks Benteng Sint-Pietersberg

Makan siang di kompleks Sint-Pietersberg

Ade, Usi Ima, Nyong, dan saiyaaah

Valkenburg - Maastricht

Valkenburg - Maastricht

Dangke banyaa Ade-Nyong..

Saya sengaja secara khusus menuliskan cerita ini, karena memang cara Tuhan mempertemukan kami luar biasa. Bayangkan, Markt itu luas. Lebih heboh lagi, Maastricht itu luas. Tapi kami bisa dipertemukan dengan cara yang luar biasa seperti itu, hanya Tuhan yang bisa melakukannya. Again and again and again, thanks God! Deeper and deeper I love You...

Komentar

  1. Wow...have a good time there yah uc ... nice to read the story

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaiiii Ci.. Dangke! Beta su di Ambon Manise lai ni.. ^_^

      Hapus

Posting Komentar