Sensus Ekonomi 2016 dan Kita


Jika boleh mengibaratkan pelaksanaan Sensus Ekonomi 2016 sebagai suatu perhelatan nikah, maka saat ini kita sedang menghitung hari menuju Hari-H. Undangan kepada semua pelaku ekonomi telah disebar melalui berbagai bentuk sosialisasi yang dilakukan. Pelatihan dan briefing bagi mereka yang akan bertugas pada pos-nya masing-masing telah dilakukan. Para petugas lapangan pun sudah diperlengkapi dengan atribut yang harus digunakan saat bertugas. Dokumen-dokumen pelaksanaan yang akan menjadi instrumen untuk merekam semua aktifitas ekonomi telah didistribusikan dan siap dioperasikan. Badan Pusat Statistik (BPS) selaku census organizer yang diamanatkan undang-undang untuk melaksanakan Sensus Ekonomi di seluruh wilayah Republik Indonesia setiap 10 tahun sekali pun terus menerima begitu banyak dukungan. Gubernur Maluku dan seluruh Bupati/Walikota telah menyatakan dukungan bagi suksesnya perhelatan ini. Singkat kata, kami siap melakukan pendataan Sensus Ekonomi 2016. Kami percaya semua pelaku ekonomi juga berada di pihak yang sama, siap menyukseskan Sensus Ekonomi 2016. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri masih ada segelintir orang yang meragukannya. Konsep berpartisipasi dalam benak segelintir orang ini mungkin hanya sebatas menerima petugas sensus dan memberikan data asal-asalan, sejauh tidak berkaitan dengan nominal rupiah. Masih adanya pemikiran dan pertimbangan seperti itu sangat disayangkan.

Kita-lah Yang Membiayai
Semua sumber pembiayaan bagi pelaksanaan Sensus Ekonomi 2016 adalah dana APBN, yang tak lain dan tak bukan berasal dari pajak yang kita bayarkan. Siapapun kita sebagai pelaku ekonomi, entah kaya atau miskin; entah bermodal besar atau pas-pasan; entah memiliki counter di mall atau hanya lapak di pasar tradisional; entah menggunakan kendaraan untuk berdagang atau hanya pedagang keliling; tentunya secara berkala membayar pajak dalam berbagai bentuknya. Pajak itulah yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat untuk penyelenggaraan pemerintahan, termasuk penyelenggaraan Sensus Ekonomi 2016 ini. Dengan kata lain, kitalah yang membiayai pelaksanaan Sensus Ekonomi 2016. Kita tentu tidak ingin pajak yang sudah kita bayar, digunakan dengan tidak maksimal bukan?

Kita-lah Yang Melaksanakan
                Sudah jelas bagi semua orang, institusi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Sensus Ekonomi 2016 adalah BPS. Tapi saya ingin mengajak kita untuk melihat lebih jauh ke dalam. Siapakah orang-orang di balik gedung BPS itu? Bukankah mereka juga adalah anak-anak Maluku, putera-puteri bumi seribu pulau yang mengemban tugas membangun Maluku dengan data? Kemudian lebih luas lagi, pandanglah para petugas lapangan Sensus Ekonomi 2016 di seluruh wilayah bumi raja-raja. Sebagian besar dari mereka adalah Mitra Statistik. Bukankah itu adalah suami, isteri, anak, sepupu, kerabat, sahabat, atau tetangga kita? Mereka melakukan tugas yang sangat jelas tujuan dan kepentingannya bagi pembangunan bangsa ini di bawah terpaan hujan dan teriknya sinar mentari, termasuk menantang gelombang di lautan, tanpa meminta balasan apapun dari pelaku ekonomi yang mereka datangi. Apakah ada alasan untuk tidak memberikan data yang sebenarnya kepada mereka? Jangan khawatir mengenai kerahasiaan data yang diberikan. Undang-undang No. 16 Tahun 1997 mewajibkannya dan kontrak kerja yang ditandatangani petugas menyuratkannya.

Kita-lah Yang Dipotret
                Sesungguhnya, proses pengumpulan data di lapangan analog dengan suatu sesi pemotretan. Data yang dikompilasi dan dipublikasikan adalah lembaran-lembaran foto hasil jepretan para petugas yang sudah dilatih. Bagaimana kualitas hasil jepretan itu sangat tergantung kepada penampilan yang para pelaku ekonomi tampakkan. Jika yang ditunjukkan adalah ekspresi kecut, masam, cemberut, atau bahkan membuang muka, maka demikianlah hasil yang akan diterima. Jika data yang diberikan kepada petugas bukan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya, maka yang akan dihasilkan oleh Sensus Ekonomi hanyalah potret yang buram. Dan sayangnya, potret itu yang akan dilihat oleh begitu banyak kalangan dan digunakan sebagai dasar perencanaan, monitoring, dan evaluasi baik oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan juga para investor.

Kita-lah Yang Menggunakannya
                Kita hidup di era teknologi informasi. Mungkin pada awalnya kita adalah pelaku usaha secara tradisional dan tidak membutuhkan data dalam pengembangan usaha kita. Tapi itu tidak berarti kita bisa terus survive dengan metode tersebut. Data dan informasi akan sangat membantu pengembangan usaha dan peningkatan daya saing. Di lain sisi, hasil Sensus Ekonomi 2016 akan memberikan gambaran tentang komposisi usaha/perusahaan dari berbagai kategori. Kita bisa mengetahui, lapangan pekerjaan dari kategori mana yang sedang naik daun. Bagi anak-anak kita, hal ini akan menjadi input penting untuk menentukan rencana masa depan dan pilihan karir.

Pada akhirnya, berbicara tentang Sensus Ekonomi 2016 adalah berbicara tentang kita. Uang kita, hasil karya kita, gambaran usaha kita serta pengembangannya, masa depan anak-anak kita, dan tidak kalah pentingnya kemajuan daerah dan negara kita. Jadi, apakah ada pilihan lain? Untuk Maluku yang lebih baik, mari kita sukseskan Sensus Ekonomi 1-31 Mei 2016. Pastikan usaha Anda didata!

Dimuat di Harian Ambon Ekspres edisi Senin, 25 April 2016

Komentar