Maluku Barat Daya

Salah satu kabupaten termuda di Provinsi Maluku adalah Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD). Sesuai UU pembentukannya, ibukota Kabupaten MBD seharusnya terletak di Tiakur, Kecamatan Moa Lakor (Pulau Moa). Namun sampai saat ini, ibukota sementara berlokasi di Kisar, Kec. PP. Terselatan (P. Kisar) sambil menunggu kesiapan sarana prasarana yang sedang dibangun di Tiakur.

Saya masih ingat dengan jelas istilah yang lekat dengan saudara-saudara dari Kabupaten MBD ini, "orang tenggara jauh". Hal ini mungkin didasari oleh letaknya yang di bagian tenggara Maluku dan jaaaauuuuuuhhhh sekali. Tapi saya rasa istilah itu tidak lagi relevan di zaman ini. Memang transportasi belum sebagus Ambon-Jakarta, tapi MBD terutama Kisar sudah tidak jauh lagi. Perjalanan dengan pesawat bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam 45 menit. Kalau menggunakan kapal perintis barrruuuuuu, napak tilas tenggara jauh masih bisa dirasakan :D.

Dengan image tenggara jauh itu, saya jadi berpikir bagaimana tipologi orang-orangnya yaaa??? Ternyata saya terlalu memanjakan fantasi saya. Tipologi orang MBD sama saja dengan orang Ambon, orang Seram, dan bagian Maluku lainnya. Namun bagi saya mereka tangguh. Bayangkan saja, perjalanan ke Ambon (dahulu kala) bisa lebih dari 1 bulan dengan kapal tradisional. Tangguh kan??? (y)

Satu hal lagi yang patut diacungi jempol bagi masyarakat MBD, yaitu nasionalismenya. Di saat begitu banyak kepentingan membahas nasionalisme, masyarakat MBD menunjukkan lewat perbuatan. Fasilitas umum yang ada di Kisar (secara saya hanya baru sampai di Kisar) bisa dikatakan minim. Bagaimana tidak minim, transportasi masih morat-marit. Tapi mereka tetap memiliki jiwa merah putih di dadanya, walaupun secara geografis mereka sangat dekat dengan Timor Leste. Para petinggi dan mereka yang beraliran separatis harus belajar dari orang MBD.

Dalam perjalanan saya ke Kisar, saya sempatkan berkunjung ke Pantai Kiasar dan Pantai Nama. Dari bibir pantai kita bisa melihat wilayah Timor Leste di kejauhan. Tidak berlebihan memang jika kemudian Kisar dan beberapa pulau lainnya di Kabupaten MBD dinobatkan sebagai beberapa pulau terluar Indonesia.



Jika sampai dengan saat ini masyarakat MBD masih memiliki jiwa merah putih, saya pikir itu bukan alasan untuk menunda-nunda pembangunan yang intensif di wilayah ini. Hal pertama dan terutama yang perlu menjadi perhatian pihak terkait adalah masalah transportasi dan komunikasi. Kedua faktor tersebut yang kiranya bisa menjadi perintis bagi peningkatan pembangunan sektor lainnya. Pada akhirnya satu saja harapan saya, seluruh wilayah Kabupaten MBD memiliki akses yang sama dengan wilayah lainnya di Maluku maupun Indonesia. Karena MBD adalah bagian dari Indonesia, dan tanpa MBD Indonesia bukanlah Indonesia. KALWEDO!

Komentar