Menelusuri Melaka - Satu Lagi Kota Warisan Budaya Dunia di Malaysia

Kuala Lumpur - Melaka, 26 Juni 2014

Terbantu oleh panggilan alam, hari ini saya berhasil bangun lebih pagi dibandingkan kemarin. Sayapun segera mandi dan bersiap-siap untuk meninggalkan Kuala Lumpur menuju Melaka. Semalam sebelumnya dalam obrolan dengan Velyz Zhang yang asli Indonesia, salah satu staf Sunshine Bedz dan sudah berkunjung ke banyak tempat di Indonesia dan ASEAN (termasuk Ora Beach dan Ngurbloat Beach di Maluku), saya mendapat informasi tentang terminal bus untuk ke Melaka dan bagaimana mencapainya. So, setelah sarapan 4 lembar roti panggang dan teh, saya pun check out dari Sunshine Bedz.

Dengan berjalan kaki sekitar 3 menit dari Sunshine Bedz, saya tiba di stasiun MRT Bukit Bintang dan membeli tiket menuju stasiun Hang Tuah. Sampai di stasiun Hang Tuah saya kembali membeli tiket LRT tujuan Sri Petaling dan turun di Bandar Tasik Selatan. Di Bandar Tasik Selatan inilah kita terhubung ke Terminal Bersepadu Selatan (TBS).

Bangunan Terminal Bersepadu Selatan dilihat dari jembatan penyeberangan dari Stasiun Bandar Tasik Selatan
Bangunan TBS lebih nampak seperti bangunan pusat perbelanjaan daripada suatu terminal, jika kita bandingkan dengan pemandangan terminal pada umumnya di Indonesia. Tidak tampak bus ataupun orang berseliweran. Ketika memasuki bangunan terminal, saya kembali diterpa keterpesonaan yang sama kadarnya ketika pertama kali melihat KL Sentral. Rapiii booo... Kelas bandara neh.


Pembelian tiket bus semuanya terpusat pada loket-loket yang ada. Kita tinggal menyebutkan tujuan, dan secara otomatis kita disediakan pilihan bus pada jam yang terdekat keberangkatannya.

Ruang tunggu keberangkatan bus

Siap ke Melaka
Dalam perjalanan ke Melaka yang memakan waktu kurang lebih 2,5 jam, untuk pertama kalinya saya melihat hujan turun di bumi Malaysia. Lumayan deres, tapi ga lama. Sepanjang perjalanan kami disuguhkan pepohonan kelapa sawit di kiri-kanan jalan.

Melaka Sentral - Terminal Bus yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan
Setibanya saya di Melaka Sentral, saya segera bergegas ke loket penjualan tiket untuk membeli tiket bus Melaka - Johor Bahru untuk keesokan harinya. Hal tersebut dikarenakan saya memperoleh informasi dari petugas di meja informasi bahwa kemungkinan besok akan ramai karena ada perayaan dalam rangka memasuki bulan Ramadan.

Dari Melaka Sentral, saya menumpangi bus kota-nya Melaka alias Panorama Melaka nomor 17 yang akan membawa saya ke situs warisan budaya dunia yang ada di Melaka, Stadthuys atau yang sering disebut orang Melaka dengan Bangunan Merah. Tiba di depan kompleks Bangunan Merah, yang pertama saya lakukan adalah menuju ke penginapan Tang House. Tang House ini terletak di ujung Jalan Hang Jebat atau yang terkenal dengan sebutan Jonker Street. Saya sempet nyesel, kenapa ga milih penginapan yang deket-deket Bangunan Merah aja yaa... Secara dalam terik matahari Melaka, lumayan melelahkan booo.... (saya lupa memotret bangunan Tang House ini).

Setelah ngaso bentar di kamar, saya pun memulai petualangan saya. Dan tujuan pertama saya adalah Kedai Makan Chung Wah yang terkenal dengan Chicken Rice Ball-nya. Letak kedai makan tersebut bersebelahan dengan Hard Rock Cafe, tapi untuk masuk ke Chung Wah ini kudu ngantri loh, padahal itupun udah jam 3-an. Bangunan kedai ini biasa saja tapi jauh lebih laris dibandingkan kedai sekitar yang juga menjual chicken rice ball.



Antrian masuk ke Kedai Makan Chung Wah sekitar jam 3 sore
Chicken Rice Ball-nya Kedai Makan Chung Wah. Sambalnya manteeeppp tenant
Setelah saya mendapat tempat, memesan makanan-minuman, saya langsung tenggelam dalam kenikmatan chicken rice ball-nya. Sambalnya pedes-asin-manis gitu. Di tengah-tengah kenikmatan itu, saya diajak ngobrol oleh seorang ibu yang duduk semeja dengan saya. Ia katakan, "You are lucky", sambil nunjuk ke arah pintu. Saya pun mengikuti arah pandangannya ke pintu. Ternyata beliau bener, saya beruntung. Secara, kedai itu udah mau ditutup. Tadi kalo telat beberapa menit, mungkin saya ga akan merasakan kenikmatan chicken rice ball-nya Chung Wah yang terkenal itu. Menurut ibu itu, yang ternyata berasal dari Singapura, beliau kalo ke Melaka harus makan chicken rice ball ini. Katanya di Singapura juga ada cuman ga seenak punya Chung Wah. Waaaah, ga rugi saya ikut mengantri tadi yaaaa....

Sekarang, energi saya terbaharui dan siap untuk menikmati Melaka.

Kincir angin di tepi Melaka River, depannya Kompleks Bangunan Merah



Stadthuys, aslinya berwarna putih
Kawasan Bangunan Merah atau Stadthuys

Galeri Laksamana Cheng Ho

Malaysia manteep banget dalam merawat barang tempo doeloe


Sebuah benteng kecil di tepi Melaka River

Kompleks Bersejarah St. Paul, sering disebut St. Paul Hill


Pemandangan Kota Melaka dari Kompleks St. Paul Hill
Gereja St. Paul
Kuburan di seputaran Gereja St. Paul

Bagian dalam dari Gereja St. Paul

Salah satu nisan dari makam di dalam Gereja St. Paul





On the riverside of Melaka River




Gedung putih itu adalah Museum Angkatan Laut

Salah satu media informasi bagi pengunjung tentang spot yang dikunjungi


Di depan Jalan Hang Jebat atau Jonker Street atau Jonker Walk


Salah satu seniman jalanan di Jonker Street. Luar biasaa Tuhan mengaruniakan kemampuan bagi umat-Nya

Kincir Air Kesultanan Melayu Melaka


Ujung Jalan Hang Jebat - Jonker Walk di waktu malam

Jalan Hang Jebat - Jonker Walk


Masjid Kampung Kling

Becak berhias di waktu malam, di kompleks Bangunan Merah
Ternyata Melaka di waktu malam tidaklah seramai di waktu siang. Tidak banyak kedai makan yang buka. Sepanjang Jonker Walk hanya ada satu hawker food stall yang buka. Dari yang saya baca di blog beberapa orang dan juga website-website tentang Melaka, ramenya Jonker Walk itu di akhir pekan. Saya memang sempat membaca pengumuman di salah satu sudut Jonker Street tentang penutupan jalan di akhir pekan. Pantesan salah satu teman sekamar waktu di KL pernah bilang ke saya waktu tahu saya mau ke Melaka, "Kenapa ga weekend aja baru ke Melaka?" Singkat cerita, akhirnya saya hanya membeli buah melon seplastik sebagai makan malam dan menikmatinya di kompleks Bangunan Merah sambil mendengarkan ramai burung bernyanyi.

Salah satu hal yang baru saya sadari ketika berada di Melaka. Malaysia punya banyak bangeeet museum. Kayaknya apaa ajaa bisa dijadikan museum. Wong gedung bea cukai (custom-red) di Melaka aja dijadiin museum. Di seputaran St. Paul Hill juga ada beberapa museum. Menghargai sejarah bangeeet.... Topje!

Melaka bisa dikunjungi dalam sehari. Namun bagi yang ingin bernostalgia dengan bangunan-bangunan tua-nya, memang adem berlama-lama di sini. Walaupun matahari di Melaka emang powerful, tetapi spot-spot bersejarah itu terkesan teduh dengan banyaknya pepohonan di sekitar. Dan bagi yang suka hingar-bingarnya spot-spot turis di waktu malam, datanglah di akhir pekan. Anda akan menemukan Jonker Walk atau Jonker Street dalam performance yang lebih rame (hidup-red)...


Perincian pengeluaran menuju ke dan selama di Melaka - 26 Juni 2014:

Tiket bus KL - Melaka 10RM
Tiket bus Panorama Melaka dari Melaka Sentral ke Kompleks Bangunan Merah 1,5RM
Pajak penginapan di Tang Melaka 2RM
Chicken Rice Ball dan Es Teh Tawar di Chung Wah 10RM
Air mineral dan snack di Jonker Street 5RM
Melon sekantong kecil 2RM

Komentar