Kota Ambon beberapa waktu belakangan ini dan sepertinya masih akan beberapa waktu ke depan semakin ramai dengan aneka poster, baliho dan spanduk yang bertebaran di berbagai sudut kota. Fenomena ini pun terjadi di beberapa kabupaten yang akan mengadakan pilkada di tahun depan. Dalam perjalanan dinas ke Kabupaten Seram Bagian Timur dengan melintasi juga Kabupaten Maluku Tengah beberapa hari yang lalu, saya menyaksikan poster, baliho dan spanduk para bakal calon kepala daerah yang ditempatkan mulai dari wilayah yang padat penduduk sampai ke pinggiran-pinggiran desa.
Selain menampilkan foto diri bakal
calon kepala daerah, poster, spanduk, dan baliho biasanya juga berisi gabungan
nama bakal calon kepala daerah (Walikota-Wakil Walikota atau Bupati-Wakil
Bupati) dan beberapa kata yang diharapkan menggambarkan kepribadian maupun
kelebihan para bakal calon, sebut saja muda; tulus; amanah; jujur; bisa biking
labe; dan lain sebagainya. Saya jadi tersenyum sendiri menyaksikan pemandangan
itu. Betapa para bakal calon kepala daerah berusaha keras membuat dirinya
dikenal oleh para konstituennya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Menurut hemat saya, model
berkampanye sebagaimana yang kita lihat belakangan ini, secara khusus di
wilayah provinsi seribu pulau mungkin efektif untuk memperkenalkan diri namun
seiring dengan perkembangan zaman, kami – konstituen membutuhkan lebih. Kami
butuh lebih dari sekedar selebaran, poster, spanduk, dan baliho yang cenderung minim-informasi.
Kami butuh lebih dari sekedar kampanye terbuka yang tidak selalu bisa kami
hadiri. Kami butuh model kampanye kreatif yang membuat kami terinformasikan
dengan baik bahwa para bakal calon kepala daerah mengerti benar permasalahan
yang dialami oleh masyarakat di daerah pemilihannya dan sanggup
mengimplementasikan rencana-rencana konkrit untuk mengatasi permasalahan yang
ada.
Saya mengerti masing-masing bakal
calon kepala daerah sudah memiliki blue-print
kampanye-nya masing-masing. Saya pun tidak berencana untuk mengubah hal itu. Saya
lebih tertarik kepada bagaimana memberikan pencerahan bagi semua konstituen di
bumi raja-raja ini sehingga di kemudian hari pilihan yang dilakukan tidak akan
disesali. Dari hasil pengamatan di lapangan dan beberapa artikel yang saya
baca, saya mencoba mengulas 4 (empat) hal yang perlu dicermati oleh para
konstituen sebelum menentukan pilihannya.
Jejaring (Networking)
Ini merupakan salah satu variabel
utama yang biasanya menjadi andalan para bakal calon kepala daerah dan (partai)
pendukungnya. Jejaring yang luas bisa merepresentasikan sifat-sifat positif
dari seorang bakal calon. Biasanya seseorang yang memiliki pergaulan yang luas
adalah seorang yang baik, sopan, ramah, murah hati, suka menolong, dan atau
aktif berorganisasi. Tolong dicatat, saya menggunakan kata sambung dan
atau. Artinya bisa saja seseorang memiliki jejaring yang luas karena
memiliki banyak uang dan dengan modal itu banyak membantu sesamanya, akan
tetapi bukanlah seorang yang cakap berorganisasi. Kita perlu mencermati
kualitas dan bukan semata-mata kuantitas dari jejaring yang dimiliki seorang
bakal calon kepala daerah.
Performance
Saya yakin, kita semua tentu setuju
bahwa penampilan itu penting. Jika poster, spanduk, atau baliho seorang bakal
calon dibuat dengan tidak profesional atau terkesan klise, bisa jadi hal
tersebut mencerminkan model kerja si bakal calon. Sederhananya, menampilkan
diri sendiri saja tidak maksimal, bagaimana mau menata kota yang lebih besar
cakupannya? Jika ada yang berkilah dengan mengatakan bahwa itu bukan hasil
kerja si bakal calon melainkan tim suksesnya, maka saya masih akan bertanya,
“Bagaimana bisa mentransfer idenya untuk dieksekusi oleh tim yang lebih besar
dan kompleks jika dengan tim yang lebih kecil saja standar banget hasilnya?”. Namun
perlu juga saya ingatkan, pandangan pertama penting tapi bukan segalanya.
Rekam Jejak
Time
flies, people change. Saya mencoba menafsirkan ungkapan tersebut sesuai
konteks ini adalah mungkin kita pernah mendengar kabar-kabur tentang seorang
bakal calon kepala daerah tetapi jangan melupakan fakta bahwa manusia bisa
berubah. Pertanyaannya adalah kemana arah perubahannya? Di sinilah perlunya
mengetahui rekam jejak seorang bakal calon kepala daerah. Bagaimana
mengetahuinya? Pintar-pintarlah mencari informasi yang terpercaya. Akan ada
banyak agen-agen tim sukses yang menghembuskan kabar tentang para bakal calon,
entah kabar baik atau kabar buruk. Rekam jejak para agen ini pun patut kita
cermati.
Kritis terhadap
Semua Pemberian
Menjelang hari pemilihan kepala
daerah yang semakin mendekat, arus distribusi aneka barang dan jasa atas nama
bakal calon kepala daerah tertentu akan semakin deras. Masyarakat perlu
mengkritisinya. Jika hanya karena menerima sejumlah uang atau barang lantas
kita memutuskan memilih seorang bakal calon tertentu, jangan pernah marah jika
di kemudian hari kita mendengar kabar bahwa kepala daerah yang kita pilih
melakukan pelanggaran hukum karena menerima sejumlah uang atau barang. Toh,
kita juga yang merestui model seperti itu sedari awal kan?
Kepada segenap lapisan masyarakat
yang pada waktunya akan memilih calon kepala daerahnya masing-masing, ingatlah
bahwa kita memiliki bargaining position
(posisi tawar-menawar) di sini. Jangan pernah mau diintimidasi. Jangan pernah
mau menjual kemajuan daerah kita hanya dengan beberapa lembar kertas berharga. Kemajuan
daerah kita jauh lebih mahal harganya. Masa depan anak-cucu kita dipertaruhkan
di sini. Mari menjadi konstituen yang cerdas!
Dimuat di Harian Ambon Ekspres edisi Jumat, 17 Juni 2016
Komentar
Posting Komentar