Pengalaman Berkendaraan Umum di India

Sebenarnya judul cerita ini agak-agak metafora gitu deh, secara India itu luas banget dan jenis kendaraan umumnya pun banyak. So, sebelum kita melangkah ke isi cerita lengkapnya, izinkan saya menjelaskan konsep yang digunakan di sini. India di sini dibatasi pada Kota Hyderabad, dan jenis kendaraan umum yang menjadi sampel adalah tuk-tuk alias bajaj, uber, dan bis kota.

Alkisah pada suatu masa, saya dengan seizin Tuhan Pencipta langit dan bumi ini - yang kemudian menggerakkan hati pimpinan di kantor untuk juga turut mengizinkan - mendapat kesempatan mengikuti suatu kursus di Kota Hyderabad, yang terletak di bagian selatan negara India. Mengenai bagaimana kisahnya sampai saya beroleh kesempatan ini, akan dibahas di lain chapter. (atu-atu coy...)

Umumnya jika kami, para peserta kursus beranjangsana ke luar kompleks institusi penyelenggara kursus, kami disediakan angkutan bis yang sangat comfortable. Namun tentu kami tidak bisa bergantung pada fasilitas yang disediakan seminggu sekali itu. Perlu kreatif dan keluar modal dikitlah.. So, pada suatu senja, saya dan beberapa teman yang ingin melakukan window shopping sepakat keluar bersama. Dan entah bagaimana, saya adalah the only lady among 5 gentlemen. Mengejutkan? Masih ada yang lebih seru lagi. Kami - entah bagaimana - sepakat menggunakan HANYA 1 tuk-tuk alias bajaj versi Indonesia. Ukurannya sama pun. Ga percaya? Inilah penampakannya..

Tuk-tuk (bajaj ala India)

Bapak/Ibu/Saudara/i, pertama kali melihat gaya orang India di Hyderabad menggunakan tuk-tuk, saya sempat terpesona. Ajib-ajib deh, bisa-bisanya 5 orang naik dalam 1 tuk-tuk? Ternyata kemudian saya dan rekan-rekan sejawat memecahkan rekor itu. Ber-6 coy! Itu posisi duduknya, sampai ada yang dipangku dan ada yang duduk nemenin sopir tuk-tuk di depan. Lutut saya aja sampe hampir nyenggol wajah salah seorang teman. Saya sempat mengusulkan untuk berfoto sebelum turun, tetapi ketika sampai di tempat tujuan, saking senengnya menemukan ruang yang lebih luas, pada lupa ngambil fotonya.

Nah, itu perginya. Ternyata kami ga hanya window shopping. Kami akhirnya belanja-belinji. Masing-masing membawa tentengan. Kemudian saya berpikir, palingan balik nanti kami menggunakan 2 tuk-tuk. Ternyata tidaaak! Tuk-tuk memiliki semacam bagasi di belakang yang muat untuk lumayan banyak barang. Jadinya, kami ber-6 kembali menggunakan satu tuk-tuk. Itu antara niat, kompak, militan, dan irit banget. Hahahaha...

Pengalaman berikutnya dengan angkutan umum di India adalah ketika saya menggunakan aplikasi uber. Di situ ada opsi jumlah penumpang yang ternyata berbeda jika saya sendiri atau ada teman lainnya. Saya pastinya memilih satu penumpang dengan alasan kejujuran dan penghematan. Ternyata, beberapa meter dari tempat saya naik, ada penumpang lain yang turut naik. Saya sempat kaget juga. Untungnya pernah membaca salah satu blog tentang pengalaman sesama WNI yang naik taxi dari Rajiv Ghandi International Airport - Hyderabad tetapi kemudian ada penumpang lainnya. Saya lalu bertanya, jadinya ongkos-nya di-share ya? Kata sopir, iya. Penumpang "gelap" itu turun duluan. Saya turun belakangan dan harus membayar penuh sesuai yang tertera di aplikasi. Saya sempat berargumen, kan sharing? Katanya sesuai yang tertera. Daripada bikin story di negara orang dan saya pun buru-buru, saya mbayar aja. Sempat berpikir, apa karena jumlah penumpang membedakan tarif makanya bisa ada penumpang lain? Itu hanya di pikiran saya.

Dari tempat yang saya tuju dengan menggunakan uber tersebut, saya memilih untuk kembali dengan menggunakan bis kota. Alasannya?
Pertama, lebih murah.
Kedua, masih sore.
Ketiga, jadi lebih merasakan kehidupan penduduk India.
Keempat, udah lama ga ngrasain naik bis kota.
Kelima, saya suka banget menggunakan kendaraan dan menikmati pemandangan yang ada. Pastinya jalur bis kota lebih jauh dunk ya.
Keenam, saya tidak menggunakan simcard India. Waktu mesan menggunakan fasilitas wifi di dalam kompleks institut. Waktu mau balik ga bisa mesan uber karena terputus dari dunia maya.
Mengenai alasan mana yang lebih utama dan terutama, ga ngerti juga saya. Saling berkorelasi soale. Hghg... ^_^

Di dalam bus kota, saya sempat berdiri dan mengalami pengalaman digoyang-goyangkan oleh alunan bis kota yang ga jelas biramanya itu. Yang luar biasa di sini adalah, kondektur-nya dong, pake alat mirip ATM dan ketika kita menyebutkan tujuan, dikalkulasi oleh beliau dan keluarlah struck seperti ini:


Canggih banget kan? Padahal penampakan dan kondisi bis kota-nya mirip-mirip aja tuh sama yang ada di Indonesia. Ketika kemudian saya memperoleh tempat duduk, saya sempat ngobrol dengan seorang remaja di samping saya. Berawalnya obrolan tersebut adalah ketika saya menanyakan apakah halte tempat saya akan turun masih jauh? Dia kemudian berbaik hati melakukan penelusuran di handphone-nya dan menjawab pertanyaan saya. Sementara kami berbicara, ada seorang remaja lain mengambil tas dari remaja di samping saya itu dan mengucapkan terima kasih. Ternyata dari tadi itu dia memangku sebuah tas yang bukan miliknya. Saya lalu bertanya, apakah mereka saling mengenal? Katanya tidak. Dia hanya menolong memangku tas remaja tadi yang pada awalnya tidak memperoleh tempat duduk. Wow! Luar biasa...

Dalam obrolan kami selanjutnya saya menanyakan tentang uber dan pengalaman saya dengan adanya penumpang "gelap" itu. Katanya itu lumrah di India jika menggunakan uberPOOL. Namun tarifnya akan dibagi dua. Nah lo! Berarti tadi ane kena tipu dong! Kurang asam... Tapi sudahlah, itu menjadi pengalaman. Makanya saya bagikan di sini juga. Kali aja ada di antara pembaca yang akan ke India, sudah tahu kan? Jangan sampe ketipu kayak saya ya... Walau sejatinya nominal tarif uber di India murah banget, 17ribu-an rupiah untuk jarak 12 km, tetapi jiwa ekonomis di dalam diri kadang ga rela. Hehe...

Demikian sedikit sharing pengalaman tentang penggunaan kendaraan alias angkutan umum di India. Saya percaya, pasti cukup menghibur dan bermanfaat. Yakin neh! Hahaha...


RALAT :
Maafkan untuk kekeliruan dalam sharing cerita tentang uberPOOL yang disebabkan minimnya informasi. Berkat usul salah seorang senior, saya coba memesan dengan menggunakan uberGO, harganya 2x lipat uberPOOL dan tidak ada opsi jumlah penumpang. Jadi sepertinya memang tarif uberPOOL yang saya gunakan adalah tarif untuk 1 orang.
Terima kasih.. :) :)

(Untung aja hari itu ga sampe bersitegang leher. Hghg...)

Komentar